Langsung ke konten utama

Adrenalize, dan Sebuah Memory Keterbuangan..

 


Adrenalize. Begitu nama albumnya. Dimainkan oleh sebuah group rock band asal Inggris : Def Leppard. Tentang detail group dan album ini, dapat dibaca pada wikipedia atau situs resminya. Def Leppard yang saat itu terdiri dari Rick Savage, Joe Elliot, Rick Allen, Phil Collen.. Vivian Campbell masuk belakangan untuk menggantikan Steve Clark yang meninggal karena kencanduan obat terlarang. Ya, seperti group rock masa lalu pada umumnya laah.. Adrenalize dirilis pada Maret 1992. (Kenangan yang indah. ihik ihik ihik)

Adrenalize, bagi Def Leppard adalah sebuah kebangkitan. Steve Clark, lead guitar sebelumnya, meninggal saat pembuatan album Adrenalize ini. Sementara Rick Allen, sebagai drummer harus kehilangan lengan kirinya, karena kecelakaan mobil, yang juga konon karena mabuk. Saat itu, mereka harus juga ditinggalkan produser mereka, Mutt, yang saat itu sedang sibuk bersama Bryan Adams. Asalkan kita tahu saja, album sebelumnya, Hysteria, yang memang salah satu album besar juga, telah mendapatkan boikot dari kalangan masyarakat Hispanic karena beberapa lagu yang dianggap menyinggung mereka.

Def Leppard, mengatasi krisis itu semua dengan baik. Siapa sangka justru setelah ditangani sendiri produksi album itu, Adrenalize adalah salah satu album terbaik Def Leppard, dan sempat cukup lama menguasai tangga lagu di dunia. 

Lagu-lagu di Adrenalize yang cukup terkenal, seperti :

  • Let's Get Rocked
  • Have You Ever Needed Someone So Bad
  • Tonight
  • Make Love Like A Man
dan lagu bonus seperti : Miss You in a Heartbeat, yang muncul dalam versi original (slow rock blues), dan akustik. Mereka cukup kompak, terutama dalam membentuk koor. Ini yang sulit ditemui di group band yang lain. Mereka memainkan hal yang melodius seperti band-band Inggris pada umumnya. Lagu Let's Get Rocked, meski dibuat di tahun 1992, jaman belum banyak permainan animasi, tapi video clip lagu tersebut memainkan animasi yang sudah sangat baik. Lagu tersebut juga sedang bercerita tentang mereka memilih genre rock ketimbang klasik yang menurut mereka scream... menakutkan.

Beberapa orang, menyukai dan menganggap lagu sebagai kenangan, bisa karena beberapa hal. Bisa karena lirik yang pas, atau lagu itu dikenal saat momen tertentu, atau lagu itu populer di tahun yang berkenang entah apapun liriknya. Ya saya yang terakhir.

Mungkin, kalian belum lahir saat album ini muncul. Bagi saya, 80s 90s memang masa kejayaan dunia musik dan film. Mengapa? Karena saat itu teknologi sudah sangat canggih, tapi belum ada internet di mana orang mudah melakukan upload hasil karyanya. Jaman dulu, jika sebuah band tidak bagus, maka dia tidak akan bisa bersaing masuk ke dapur rekaman. Jaman dulu untuk masuk radio, juga aman sulit. Sehingga lagu atau album yang kita kenal, benar-benar punya kualitas. Masyarakat saat itu juga tidak punya banyak pilihan. Mendengarkan ya cuma : radio, televisi atau beli kaset. Jaman sekarang, bahkan orang nyanyi lucu-lucuan sembarangan sudah lebih mudah sukses dibandingkan group band yang punya kualitas musik sebenarnya.

Seperti diomongin di atas, Adrenalize, dirilis Maret 1992. Saya masuk SMA pada tahun 1992 bulan Agustus. Album tersebut populer masuk di Indonesia ya sekitar saya kelas 1 SMA. Dulu saya heran, mengapa di banyak tembok SMA banyak coretan dengan bertuliskan DEF. Belakangan saya baru tahu, itu adalah logo Def Leppard




Dengan logo yang mudah untuk dituliskan di mana saja, dan kebanggaan anak jaman dulu ketika mengenal sebuah band, biasanya mereka menuliskan di mana saja. Vandal. 


Playlist saya, terutama di HP, jika saya motoran kadang saya memang pasang headset untuk mendengarkan lagu. (Sebenarnya nggak boleh ya)... Lagu Have You Ever Needed Someone, adalah salah satu lagu yang tidak absen dari list itu. Lengkingan koornya, masih khas dan masih bisa membawa saya ke sekian puluh tahun silam itu. Saya merasa masih di sana, serasa masih bisa melihat saya dengan seragam SMA. Mungkin culun dan cungkring juga. 


Kenangan Terbuang Jaman Sekolah
Saya terlanjur penting menganggap bahwa mendengarkan lagu tersebut, untuk kembali mengingatkan saya, bahwa saya pernah mengalami masa lalu yang indah, tapi juga kelam. Saya masih ingat, ketika di sekolah saya, seperti pada sekolah lainnya, orang itu berkelompok, ber-geng.. Mereka nge-gank dengan sesamanya. Saya juga masih ingat ketika ada yang gank motor, gank elektronika, gank band, gank orang-orang alim.. Ada juga yang membedakan antara kavaleri (pengguna kendaraan) dan infanteri (pejalan kaki). Ada juga kalangan cewek, itu geng centil, terutama mereka yang anak-anak orang kaya. Oh ya, ada juga yang tidak nge-gank. Ada anak pandai, ada juga orang yang sedang ditinggal ganknya, atau orang macam saya. Anak yang tidak jelas. Plin-plan mau ke gank mana. Mungkin bisa dibilang : terbuang. 😂 

Saya, mungkin adalah anak yang tidak pernah peduli dengan hal-hal semacam itu, hingga kini. Jika para gank itu sedang bisik-bisik, saya tidak pernah ingin tahu. Sama dengan sekarang. Apapun yang sedang dibicarakan orang di group, saya tidak peduli. Tapi, asiknya, jadi orang macam ini adalah, saat mereka yang lain dibuang oleh gank mereka, mereka akan bercerita pada saya. Itu juga terjadi di jaman dulu. Teman-teman bercerita itulah, teman nongkrong, sambil mendengarkan kaset terbaru dari yang sanggup membeli kaset. Jaman dulu harga kaset barat adalah 5000 rupiah, Indonesia di bawah itu. Biasanya siapa yang punya, lantas di rumahnya menjadi tempat nongkrong rame-rame, sambil mendengarkan lagu itu, kadang sambil belajar memainkan gitar.

Tulisan ini https://blog.bimosaurus.com/2019/04/gitar-harmonika-dan-saya.html , adalah salah satu hasil saya menyendiri, kadang ke sana ke mari dipanggil teman diajakin curhat saat mereka ditinggal para gank nya. Saya tahu, saat itu, jika gank mereka kembali, saya juga akan ditinggal kembali. Tidak masalah bagi saya. Seperti biasa, saya adalah teman bagi orang yang terkucil. Karena saya terkucil. Hahahaa. Dulu, rasanya saya juga jengkel, mereka datang saat butuh teman, dan mereka pergi ketika sudah punya teman. Tapi, belakangan hingga saya tua ini, saya paham : saya masih punya manfaat bagi sesama. Setidaknya saat mereka seperti itu.

Ada sebuah momen membekas dalam diri saya. Suatu hari guru kesenian memerintahkan satu kelas dibagi menjadi 5 tim. (41 murid). Ada 1 tim yang berisi 9 orang. Tim tersebut diperintahkan membuat kerajinan dengan kertas marmer yang diperca kecil-kecil dan dibuat lukisan. Tanpa pikir panjang, si guru langsung menentukan pimpinan tim, satu cewek satu cowok, dan mereka diminta mencari peserta. Ada satu tim anak-anak pandai yang tidak nge-gank, mereka mengajak saya. Saya menyetujui. Namun setelah saya menyetujui , tiba-tiba ada satu tim lain mengharapkan saya untuk masuk tim mereka, karena mereka kurang orang. Ini justru tim anak orang kaya. Saya berunding dengan tim lama, dan saya diijinkan menemani tim lain itu. 

Setelah saya masuk tim itu ternyata ketua tim baru ini memasukkan salah satu pimpinan tim lainnya, yang seharusnya tidak boleh. Lantas, saya kembali dihubungi : "Bim, kamu cari tim lain lagi ya, dia nggak mau kalau ada kamu". Tanpa mikir panjang, tanpa cari tahu penyebabnya, saya langsung ambil tas, pulang. Minggat. Saya tahu, semua tim telah penuh. Hari pembentukan tim telah berakhir. Tinggallah 1 orang tanpa tim. Saya. 

Di esok harinya beberapa teman menanyakan : "Kamu tim mana?" Saya bilang : "Saya nggak ada tim". Mereka tanpak kaget. "Tenan? Yakin?" (dengan logat Wonosoboannya). Saya bilang : Hooh. Saat teman-teman di sore hari mengerjakan tugas, saya memilih dolan sendiri ke satu tempat sepi di pinggir sungai untuk menikmati kemerdekaan saya. Saya kadang tidak merasa sebagai terbuang. Saya merdeka. 

---------

Nggak ada hubungan lirik lagu Def Leppard dengan kisah itu tadi. Tapi kenangan momen yang ada, menjadikan saya merasa masih berada di masa itu. Saya tahu, di jaman sekarang, banyak juga orang terbuang, terkucilkan karena mereka berbeda dengan yang lain. Orang cenderung mendekati mereka yang memiliki daya tarik sendiri. Entah posisi, materi, fisik yang good looking, atau lainnya. Beberapa orang, memilih menjilat mereka agar diterima di lingkaran mereka. 

Saya sedikit tahu rasanya terbuang. Memang saya selalu berusaha memotivasi diri, bahwa terbuang itu adalah bahasa pesimisnya. Bahasa optimisnya, merdeka. Bisa tanpa mereka. Lebih dari itu, mengenang masa itu, penting, agar saya juga selalu mengingat mereka yang terbuang. Mereka yang tidak dianggap karena mereka bukan siapa-siapa, karena mereka tidak punya apa-apa untuk dipersembahkan pada lainnya. 

Ya, itu sedikit cerita baper malam ini. Kisah kemerdekaan, keterbuangan, yang muncul lewat momen kenangan sebuah lagu. Lagu itu, album itu, masih mengalun saya setel di sini. Sesekali saya berusaha memainkannya di gitar, dengan mainan fingerstyle model nyubi. 


Mengutip kata Hellowen di lagu Windmill : "... don't feel alone and depressed, someone will come at least..." , meski kadang saya tidak terlalu setuju, karena yang penting adalah, anda yang hadir untuk mereka yang terbuang.. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelamun Tak Pernah Secengeng Yang Kau Kira

  Kunyanyikan beberapa potong lagu, selang-seling irama bahagia dan irama sendu. Tiba-tiba datang dirimu, yang berkata : " Hai kau, ada apa dengan dirimu, melamun diri di bawah awan kelabu? ". Sambil tersenyum geli, kulanjut laguku. Tapi kau terus memburu. " Ada apa dirimu? Apakah dalam tekanan kalbu? Atau kau dilanda rindu? Ceritakan padaku! Aku perlu tahu.. Jangan sampai nanti kau terlambat sesali dirimu " Aku coba berganti irama. Irama riang irama bahagia. Tetapi otakmu terlalu dalam berkelana. Sehingga asumsimu sesat karenanya. Ah, aku peduli apa?  Hai.. Terima kasih pedulimu. Aku tak sedang berduka. Aku tak sedang merindu. Aku tak sedang seperti apa yang ada di benakmu. Aku berdendang bernyanyi, menghibur diri. Aku bukan siapapun. Tak usah kau kulik apa yang ada di dalam diriku. Aku bukan siapapun. Aku bukan sedang menyanyikan kecengengan. Aku bukan apa yang terjadi pada diriku. Aku adalah apa yang terjadi yang kupilih. Kenangan Ramadan 2023...

Simpanan Gambar, dan Pesan Untuk Masa Depan

Gambar ini saya ambi di bulan Juli 2018, di pesawahan jalan Kronggahan, Sleman, DIY. Tepatnya di seberang kantor Stasiun Pemantauan Cuaca BMKG. Saya membatin, apakah 10 tahun ke depan pemandangan senja ini bisa didapatkan generasi setelah saya? Tak butuh 10 tahun. Pemerintah lebih suka melebarkan jalan, mengalahkan sebagian sawah, agar dapat membuang arus lalu lintas yang padat daerah Denggung. Namun tetap saja, Denggung macet, jalan Kronggahan juga macet. Sawah kalah, dibanguni kafe dan perumahan/pemukiman yang mulai ada. Tidak hanya tempat ini tentunya. Banyak tempat lain yang bakal hilang.  Kelak saya akan post lagi kisah seperti ini. Agar anak cucu tahu, dulu mudah sekali dapat tempat dan pemandangan semewah ini. Atau entah mungkin anak cucu lebih suka pemandangan kemacetan atau hingar bingar...

Selamat Jalan, Keluarga Depan Rumah....

Covid-19 benar-benar luar biasa. Tak pernah saya sangka, kita masuk dalam generasi yang harus ketemu dengan wabah super ini. Korbannya tak tanggung-tanggung. Hari ini, kasus Indonesia ada 36 ribu lebih kasus harian. Angka kesembuhan harian baru di angka 32 ribu, masih tomboh 4 ribuan yang kecatat. Rumah sakit terpantau penuh di pulau Jawa. Sering terdengar suara pengumuman meninggal lewat pengumuman masjid..  Sosial media dipenuhi kata "Innalillahi", "RIP", "Permohonan darah konvalesen", "Permohonan tabung oksigen", "Permohonan info rumah sakit".  Hingga pada akhirnya, beberapa orang dalam lingkaran yang kita kenal dekat, yang kita harapkan kehidupannya, mereka akhirnya meninggal. Kita tidak dapat melayat, tidak dapat ditunggui juga, karena dicegah dengan protokol kesehatan. Mereka syahid. Kita makin nggrantes lagi dengan wafatnya para nakes. Andalan kita.  Hari ini, saya mendapatkan kabar duka cita dari kerabat di Wonosobo. Yaitu kelua