Langsung ke konten utama

"Penegak Hukum Jalan Raya" - Profesi IDIOT

Polisi Lalu Lintas, DLLAJR, tentunya seharusnya bertanggung jawab terhadap banyak kejadian terjadi di jalan raya. Tugas mereka tidak ringan. Diantara tugas-tugas tersebut beberapa diantaranya adalah memelihara kondisi jalan raya, menegakkan hukum jalan raya, menyediakan fasilitas-fasilitas, dan lain sebagainya.
Sebentar, sebelum para idiot ingin menyangkal tulisan ini, lebih baik baca dulu Undang-Undang Lalu Lintas tahun 2009. Undang-undang itu juga digunakan untuk pihak pemerintah melalui penegak hukumnya. Lihat saja pada poin ini saja:

Pasal 125
Pengemudi Kendaraan Bermotor angkutan barang wajib menggunakan jaringan jalan sesuai dengan kelas jalan yang ditentukan.


Selanjutnya bisakah kita melihat ini?

            Kewajiban Pemerintah
          Pasal 213
(1) Pemerintah wajib mengawasi kepatuhan Pengguna Jalan
    untuk menjaga      kelestarian lingkungan hidup dalam
    penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
(2) Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud
    pada ayat (1), 
Pemerintah wajib:
    a. merumuskan dan menyiapkan kebijakan, strategi,
       dan program pembangunan Lalu Lintas dan
       Angkutan Jalan yang ramah lingkungan;
    b. membangun dan mengembangkan sarana dan
       Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
       ramah lingkungan;
    c. melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap
       Perusahaan Angkutan Umum, pemilik, dan/atau
       Pengemudi Kendaraan Bermotor yang beroperasi di
       jalan; dan
    d. menyampaikan informasi yang benar dan akurat
       tentang kelestarian lingkungan di bidang Lalu Lintas
       dan Angkutan Jalan.


Selanjutnya bacalah juga pada Paragraf 2 tentang  Penggunaan dan Perlengkapan Jalan. Ada banyak hal tentang kerusakan jalan dan lain sebagainya. Malas cari? Silakan download di link berikut. Baca dulu sebelum anda merasa sakit hati. 
Lantas, apa yang kita lihat di jalan raya? Berapa persen penegakan jalan raya? Jika anda adalah seorang pengendara motor yang taat rambu, apakah anda merasa diperlakukan tidak adil? Seperti adanya orang lain melanggar jalur tidak menggunakan helm di depan polisi, dan didiamkan saja? Itulah idiotnya Polisi.

--
Sekitar sekian minggu lalu, saya terjatuh di jalan tembus antara Sapuran - Salaman, atau terkenal dengan tembusan Silento. Banyak kejadian jatuh motor di sana. Belum lagi jalan longsor, jalan berlubang dan lain sebagainya. Apa sebabnya? Karena jalan tersebut telah dengan sadis dihabiskan oleh truk-truk yang sebagian besar adalah pengangkut kayu, batu, pasir, dan bahkan Tronton. Saya pernah melaporkan hal ini ke Pos Polsek Salaman, kabupaten Magelang, saat sedang ada proses operasi tilang Lampu Motor di bulan Maret 2011. Sayangnya pak Polisi bilang:"oh itu wilayah kekuasaan polisi Wonosobo". Padahal daerah itu terdapat perbatasan antara kecamatan Kepil Wonosobo dengan Kaliabu Magelang. #duh #polisi ini idiot atau mau sok pinter.

Perhatikan saja jalan ini:










Tebak, jalan kelas berapa itu? Kondisi jalan ini saya ambil tahun 2012 sekitar bulan April. Kondisi sekarang jauh lebih buruk, mirip sungai kering. Kendaraan lewat sana harus super hati-hati. Anda bisa berpapasan dengan lebih dari 50 truk pengangkut barang superberat disana. Sopir-sopir truk juga hanya ingin mengejar irit solar, memilih lewat jalur itu ketimbang lewat Temanggung yang kelas jalannya lebih tinggi, dengan alasan lebih dekat. Tak satupun petugas penegak hukum jalan ada disana. Ada pun hanya akan menilang pengendara motor. Truk? Polisi dikasih seribu rupiah pun sudah cukup. Segitu kelasnya. Kalaupun memang truk mau lewat situ, harusnya perusahaan bertanggung jawab atas penggantian kerusakan jalan.

Kadang saya berharap jalan itu benar-benar longsor dan bisa menjadi perhatian nasional, selama korbannya bukan saya dan warga sekitar. Padahal seharusnya tidak boleh berdoa macam itu. Namun negara ini adalah negara yang model manusianya harus ada kejadian dulu baru melakukan antisipasi untuk pencitraan. Kasus kecelakaan di Warungkondang, Gekbrong, Cianjur beberapa hari ini, juga sering kami perhatikan selama ini bareng bung Denden, ketika saya jalan dari Cianjur Sukabumi.

Data yang saya dapat kerusakan jalan akibat Truk overload seperti itu :
  1. Jalan tembus Klaten - Jatinom - Boyolali
  2. Jalan Jogja - Semarang, itu selalu diperbaiki karena kelihatan
  3. Jalan Wonosobo - Mangli, rusak oleh Truk Aqua
  4. Jalan kecil-kecil sekitar Merapi yang sudah pasti truk pasir
  5. Jalan Ajibarang - Bumiayu - Prupuk , No - Comment
  6. Jalan raya Cianjur sukabumi, tapi ini cukup kelasnya, hanya saja penggalian superliar terdapat di sekitar bukit-bukit di Gekbrong. Bahkan salah satunya menjadi danau 
  7. Jalan tembus Ambarawa - Banyubiru - Salatiga
  8. Dan lain-lain masih banyak lagi, terutama jalan yang saya belum tahu.
 Herannya adalah, petugas tidak pernah menjangkau daerah itu. Jika di daerah pantura, anda akan sering melihat polisi justru ada untuk mengambil barang seribu dua ribu dari kendaraan-kendaraan truk dan travel, dan dibebaskan begitu saja.
Herannya lagi, perbaikan jalan hanya dilakukan dengan menambal jalan dengan aspal yang jelas tidak bakal rata lagi. Ketidak rataan jalan, akan menimbulkan efek impuls perbedaan tekanan ban dalam bergesekan dengan jalan, dan jelas akan menghasilkan kerusakan lebih bagi sekitarnya.
Untuk masyarakat, saya sepertinya setuju, palak saja truk yang lewat seperti di daerah Merapi. Pasang harga tinggi untuk harga kerusakan jalan. Karena para petugas, penyelenggara, pengawas jalan begitu idiot dalam melakukan tugasnya. Idiot karena mereka disekolahkan juga tak pernah bisa pandai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelamun Tak Pernah Secengeng Yang Kau Kira

  Kunyanyikan beberapa potong lagu, selang-seling irama bahagia dan irama sendu. Tiba-tiba datang dirimu, yang berkata : " Hai kau, ada apa dengan dirimu, melamun diri di bawah awan kelabu? ". Sambil tersenyum geli, kulanjut laguku. Tapi kau terus memburu. " Ada apa dirimu? Apakah dalam tekanan kalbu? Atau kau dilanda rindu? Ceritakan padaku! Aku perlu tahu.. Jangan sampai nanti kau terlambat sesali dirimu " Aku coba berganti irama. Irama riang irama bahagia. Tetapi otakmu terlalu dalam berkelana. Sehingga asumsimu sesat karenanya. Ah, aku peduli apa?  Hai.. Terima kasih pedulimu. Aku tak sedang berduka. Aku tak sedang merindu. Aku tak sedang seperti apa yang ada di benakmu. Aku berdendang bernyanyi, menghibur diri. Aku bukan siapapun. Tak usah kau kulik apa yang ada di dalam diriku. Aku bukan siapapun. Aku bukan sedang menyanyikan kecengengan. Aku bukan apa yang terjadi pada diriku. Aku adalah apa yang terjadi yang kupilih. Kenangan Ramadan 2023...

Simpanan Gambar, dan Pesan Untuk Masa Depan

Gambar ini saya ambi di bulan Juli 2018, di pesawahan jalan Kronggahan, Sleman, DIY. Tepatnya di seberang kantor Stasiun Pemantauan Cuaca BMKG. Saya membatin, apakah 10 tahun ke depan pemandangan senja ini bisa didapatkan generasi setelah saya? Tak butuh 10 tahun. Pemerintah lebih suka melebarkan jalan, mengalahkan sebagian sawah, agar dapat membuang arus lalu lintas yang padat daerah Denggung. Namun tetap saja, Denggung macet, jalan Kronggahan juga macet. Sawah kalah, dibanguni kafe dan perumahan/pemukiman yang mulai ada. Tidak hanya tempat ini tentunya. Banyak tempat lain yang bakal hilang.  Kelak saya akan post lagi kisah seperti ini. Agar anak cucu tahu, dulu mudah sekali dapat tempat dan pemandangan semewah ini. Atau entah mungkin anak cucu lebih suka pemandangan kemacetan atau hingar bingar...

Selamat Jalan, Keluarga Depan Rumah....

Covid-19 benar-benar luar biasa. Tak pernah saya sangka, kita masuk dalam generasi yang harus ketemu dengan wabah super ini. Korbannya tak tanggung-tanggung. Hari ini, kasus Indonesia ada 36 ribu lebih kasus harian. Angka kesembuhan harian baru di angka 32 ribu, masih tomboh 4 ribuan yang kecatat. Rumah sakit terpantau penuh di pulau Jawa. Sering terdengar suara pengumuman meninggal lewat pengumuman masjid..  Sosial media dipenuhi kata "Innalillahi", "RIP", "Permohonan darah konvalesen", "Permohonan tabung oksigen", "Permohonan info rumah sakit".  Hingga pada akhirnya, beberapa orang dalam lingkaran yang kita kenal dekat, yang kita harapkan kehidupannya, mereka akhirnya meninggal. Kita tidak dapat melayat, tidak dapat ditunggui juga, karena dicegah dengan protokol kesehatan. Mereka syahid. Kita makin nggrantes lagi dengan wafatnya para nakes. Andalan kita.  Hari ini, saya mendapatkan kabar duka cita dari kerabat di Wonosobo. Yaitu kelua