Langsung ke konten utama

Cinema Review : Brokeback Mountain

Kenal pertama film ini, tahun 2005-2006 lah. Sebenarnya awal film ini ideal seperti film-film yang saya sukai, yaitu petualangan. Koboi, bertualang, memasak di padang sabana. Tapi, sayangnya belum setengah main.. PREK!! Saya milih nggak jadi nonton. Iya sih memang saya menonton jaman saya masih belum bisa menerima cara berpikir orang lain. Belum dapat menerima bahwa itu sekedar film. Belakangan ini saya mencoba untuk menonton kembali sampai tuntas.



Film ini sebenarnya memang keren. Banyak drama di sana, dan banyak yang tidak diduga. Bahkan bisa jadi ini merupakan sebuah kisah yang realistis terjadi. Film ini menceritakan kisah dua orang pemuda - Ennis Del Mar (Heath Ledger) dan Jack Twist (Jake Gyllenhaal) yang melamar pekerjaan sebagai penggembala dan penjaga hewan saat digembalakan. Mereka harus mengelola ribuan biri-biri di hutan sabana, di sekitaran pegunungan Brokeback. Satu bertugas sebagai penjaga, satu lagi bertugas sebagai gembala. 


Sinopsis Cerita 

Ennis adalah orang yang dingin dan sangat sedikit bicaranya. Jack Twist adalah orang yang fleksibel, mudah bergaul, dan memiliki pengalaman kerja di tempat itu. Tapi kaget saja, tidak ada angin kiri angin kanan, tiba-tiba ada cast mereka melakukan hubungan intim sesama jenis. Entah apapun alasannya, apakah si Ennis kedinginan saat tidur di luar, atau apa.. Namun tiba-tiba terjadi saja. Sejak malam itu, mereka memang jauh lebih akrab dan intim. Mereka benar-benar seperti sepasang insan yang memadu kasih. Akibat keintiman mereka, performa mereka menjaga ternak menjadi turun. 

Hingga suatu ketika, di suatu pagi, mereka sedang bercanda di dalam hutan sabana, terlihatlah oleh bos mereka, Joe Aguirre (Randy Quaid). Mereka tidak tahu. Singkat cerita mereka ditarik karena perusahaan merugi. Di dalam mini office Joe yang berupa sebuah mobil karavan, Joe menyatakan kekecewaannya pada hubungan Twist dan Ennis. Setelah itu mereka berpisah untuk waktu yang cukup lama. Ennis menikah dengan gadis yang sudah dia rencanakan sejak awal, Alma ( Michelle Williams ). Twist menikahi seorang wanita pengusaha. 

Hubungan Twist dan Ennis ketahuan juga oleh istri Ennis, saat Twist datang ke rumah kontrakan Ennis. Dari sanalah keluarga Ennis mulai retak, dan akhirnya bubar. Pada cerita itu, dikisahkan Twist tewas dibunuh, namun diceritakan tewas karena kecelakaan kerja. Ennis mengetahui itu dari kartu pos yang dikirimkan pada Twist, kembali pada Ennis dengan tulisan cap : Deceased. Ennis segera menghubungi orang tua Twist, untuk menawarkan bantuan penguburan abu Twist di pegunungan Brokeback. Ayahnya menolak. Twist akan dimakamkan di kawasan keluarga sendiri. Saat Ennis diijinkan masuk ke kamar Twist, dia mendapatkan setelan baju yang digunakan Twist dulu di pegunungan Brokeback. 


Back Staff

Cerita ini ditulis oleh Annie Proulx ( https://www.imdb.com/title/tt0388795/ ) dan disutradarai oleh sutradara edan asal Taiwan Ang Lee. Seperti film Ang Lee lainnya Brokeback Mountain ini juga mendapat penghargaan cukup banyak hingga ke para pemainnya. Namun film ini juga mendapatkan kecaman dari kalangan agamawan dan kalangan-kalangan anti LGBT lainnya. Ang Lee, memang cukup berani menyutradarai film ini. Ang Lee termasuk sutradara yang sukses. Salah satu film terakhirnya yang sukses keras adalah Gemini Man. 

Sebenarnya jika ditarik hal garis besar saja, cerita ini seperti cerita romantik biasa, sebuah kisah cinlok (cinta lokasi). Mungkin alur cerita juga sama dengan seorang pria yang telah berpacar, tinggal bersama wanita lain. Kemudian si pasangan selingkuh itu mengenang kisah mereka kembali. Hanya saja dalam Brokeback Mountain, bumbu LGBT ini menjadi sebuah bumbu getir yang membuat film ini justru mengundang penasaran beberapa kalangan. Sekalipun film ini juga mendapat kritik, penghargaan juga tidak kalah heboh. Ini persis seperti kisah album Hysteria nya Def Leppard yang diboikot oleh orang-orang Hispanic di masa kejayaannya. Toh penjualan juga makin melejit.

Film ini jelas melakukan pembatasan umur penonton. 17+. Gila saja, saat itu saya yang sudah hampir 30 tahun saja agak shock juga. Tapi untuk orang yang telah dewasa, memang film ini tidak akan menjadi apa-apa lagi, dan bisa menilai seni pembuatan film ini. 


Rekomendatif?

Iya, saya merekomendasikan untuk menonton film ini untuk memperkaya wawasan apresiasi seni saja. Namun harus sesuai dengan batas usia. Di dalamnya juga terjadi adegan yang tidak baik untuk dilihat anak di bawah umur. Ada film lain yang melibatkan LGBT lainnya seperti Summerland - 2020 (sutradara Jessica Swale), tapi film ini memang tidak ada adegan terlarang. 


Saran..

Selamat menonton, menerima apa yang ada di film saja. Jika anda tidak setuju dengan isu orientasi seksual yang dibawa, silakan setelah nonton film ini, menonton film romantis yang melibatkan cowok cewek seperti biasa. 😅
Cari juga film-film kejantanan para koboi Amerika yang mereka punya anak dan istri. Seperti kisah Jonathan di Laura - Little House in the Prairie. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelamun Tak Pernah Secengeng Yang Kau Kira

  Kunyanyikan beberapa potong lagu, selang-seling irama bahagia dan irama sendu. Tiba-tiba datang dirimu, yang berkata : " Hai kau, ada apa dengan dirimu, melamun diri di bawah awan kelabu? ". Sambil tersenyum geli, kulanjut laguku. Tapi kau terus memburu. " Ada apa dirimu? Apakah dalam tekanan kalbu? Atau kau dilanda rindu? Ceritakan padaku! Aku perlu tahu.. Jangan sampai nanti kau terlambat sesali dirimu " Aku coba berganti irama. Irama riang irama bahagia. Tetapi otakmu terlalu dalam berkelana. Sehingga asumsimu sesat karenanya. Ah, aku peduli apa?  Hai.. Terima kasih pedulimu. Aku tak sedang berduka. Aku tak sedang merindu. Aku tak sedang seperti apa yang ada di benakmu. Aku berdendang bernyanyi, menghibur diri. Aku bukan siapapun. Tak usah kau kulik apa yang ada di dalam diriku. Aku bukan siapapun. Aku bukan sedang menyanyikan kecengengan. Aku bukan apa yang terjadi pada diriku. Aku adalah apa yang terjadi yang kupilih. Kenangan Ramadan 2023...

Simpanan Gambar, dan Pesan Untuk Masa Depan

Gambar ini saya ambi di bulan Juli 2018, di pesawahan jalan Kronggahan, Sleman, DIY. Tepatnya di seberang kantor Stasiun Pemantauan Cuaca BMKG. Saya membatin, apakah 10 tahun ke depan pemandangan senja ini bisa didapatkan generasi setelah saya? Tak butuh 10 tahun. Pemerintah lebih suka melebarkan jalan, mengalahkan sebagian sawah, agar dapat membuang arus lalu lintas yang padat daerah Denggung. Namun tetap saja, Denggung macet, jalan Kronggahan juga macet. Sawah kalah, dibanguni kafe dan perumahan/pemukiman yang mulai ada. Tidak hanya tempat ini tentunya. Banyak tempat lain yang bakal hilang.  Kelak saya akan post lagi kisah seperti ini. Agar anak cucu tahu, dulu mudah sekali dapat tempat dan pemandangan semewah ini. Atau entah mungkin anak cucu lebih suka pemandangan kemacetan atau hingar bingar...

Selamat Jalan, Keluarga Depan Rumah....

Covid-19 benar-benar luar biasa. Tak pernah saya sangka, kita masuk dalam generasi yang harus ketemu dengan wabah super ini. Korbannya tak tanggung-tanggung. Hari ini, kasus Indonesia ada 36 ribu lebih kasus harian. Angka kesembuhan harian baru di angka 32 ribu, masih tomboh 4 ribuan yang kecatat. Rumah sakit terpantau penuh di pulau Jawa. Sering terdengar suara pengumuman meninggal lewat pengumuman masjid..  Sosial media dipenuhi kata "Innalillahi", "RIP", "Permohonan darah konvalesen", "Permohonan tabung oksigen", "Permohonan info rumah sakit".  Hingga pada akhirnya, beberapa orang dalam lingkaran yang kita kenal dekat, yang kita harapkan kehidupannya, mereka akhirnya meninggal. Kita tidak dapat melayat, tidak dapat ditunggui juga, karena dicegah dengan protokol kesehatan. Mereka syahid. Kita makin nggrantes lagi dengan wafatnya para nakes. Andalan kita.  Hari ini, saya mendapatkan kabar duka cita dari kerabat di Wonosobo. Yaitu kelua