Terserahkan pendapat pada rekan pembaca, tentang limbungnya jiwa akan hausnya mengikat wacana dalam aksara. Tersadar jiwa bahwa tak semua wacana dapat terlaksana, maka menuliskan dan membagikannya terharapkan bisa berguna bagi sesama. Limbung jiwa akibat hilang sarana menyebar wacana, membuat kami yang terbiasa bercanda ringan dalam berwacana aksara, harus bimbang jiwa.
Segelintir usaha, membangun sebuah bahtera, baru dan pengganti untuk menampung para pembagi wacana aksara, belumlah usai kami pancangkan tiangnya. Harap cemas dan cepat agar kelar semuanya..
Berharap dapat menikmati sedikit samudera kata-kata, kami berusaha mencari sekoci sementara, dan kemudian mengendarainya.. Harap-harap agar keinginan isi kepala dapat mengalir ke arcapada. Terpilihlah oleh saya, Bimo Lukar. Lukar adalah telanjang. Bimo Lukar juga nama sebuah mata air dari sungai Serayu.. yang kelak akan dapat membasahi, dan mengairi, gersangnya ladang kata-kata...
Segelintir usaha, membangun sebuah bahtera, baru dan pengganti untuk menampung para pembagi wacana aksara, belumlah usai kami pancangkan tiangnya. Harap cemas dan cepat agar kelar semuanya..
Berharap dapat menikmati sedikit samudera kata-kata, kami berusaha mencari sekoci sementara, dan kemudian mengendarainya.. Harap-harap agar keinginan isi kepala dapat mengalir ke arcapada. Terpilihlah oleh saya, Bimo Lukar. Lukar adalah telanjang. Bimo Lukar juga nama sebuah mata air dari sungai Serayu.. yang kelak akan dapat membasahi, dan mengairi, gersangnya ladang kata-kata...
Komentar
Posting Komentar