Langsung ke konten utama

Foto-foto Kabut Es Dieng

Dieng, adalah sebuah kawasan dataran tinggi yang merupakan perbatasan bagi beberapa kabupaten antara lain : Wonosobo, Banjarnegara, dan sebagian kecil lagi masuk ke Kabupaten Batang. Sebagai sebuah pegunungan yang merupakan rentetan dari Sirkum dunia yang melalui pulau Jawa, Dieng dilengkapi anugerah yang lengkap dengan gunung-gunung, telaga, gua dan sejumlah obyek-obyek yang sewajarnya ada di sebuah pegunungan. 
Kawasan Dieng ini ada pada ketinggian lebih dari 2000 mdpl. Lebih tinggi daripada beberapa gunung di pulau Jawa ini. Bahkan salah satu desa di Dieng masih tercatat rekor desa tertinggi di pulau Jawa yaitu desa Sembungan, Dieng Wetan, yang masuk dalam kabupaten Wonosobo. Di desa tersebut terletaklah sebuah telaga bernama telaga Cebong, dan dua buah puncak gunung dari pegunungan Dieng : Sikunir dan Pakuwaja. Dua puncak ini merupakan tiga dari puncak Dieng yang terkenal dengan Golden Sunrisenya.

Dieng sendiri, pada bulan-bulan musim panas memiliki keajaiban luar biasa yang dinamakan Bun Upas, atau embun racun. Ini adalah fenomena kabut uap air yang tiba-tiba mendadak beku karena suhu dingin hingga minus beberapa derajat Celcius. Embun ini mengkristal pada pukul 2-4 pagi, dan berlanjut hingga matahari terbit. Tatkala matahari terbit di tempat wajar, pukul 5.30-6.00 pagi, tempat lain telah terang. Dieng sudah mulai terang namun belum tersinari matahari karena tertutup beberapa gunung. Saat matahari menjelang muncul itulah, tiba-tiba embun mencair dan perubahan suhu mendadak itu merusak tanaman kentang. Itulah mengapa disebut racun. Berikut di bawah adalah gambar-gambar fenomena Bun Upas Dieng. Foto diambil dengan menggunakan kamera poket merk BenQ, dengan optical zoom hanya 3 kali. Tidak gampang mengambil gambar di suhu dingin berkabut seperti ini sehingga hendaknya menggunakan kamera yang benar-benar aman untuk kocek anda :D

Seperti di Eropa
Seperti di Eropa



Bun upas mencair di tanaman bawang


Diambil di pertigaan Dieng


Dari pinggir jalan terlihat puncak Pakuwaja


Foto ini diambil di atas kompleks Candi Arjuna


Dari atas kompleks Candi Arjuna, menghadap ke timur sedikit, seperti ini hasilnya


Persawahan yang super dingin


Persawahan di bawah sana



Lamat-lamat terlihat kompleks Candi




Kompleks Candi diselimuti kabut es




Jalan, puncak Sikunir, dan kabut


Candi Arjuna, kabut, dan Masjid menambah syahdu suasana






Puncak Sindoro terlihat pendek, dari kompleks candi Arjuna


Hebatnya petani ini, bekerja dalam suhu minus


Gubug di bawah sana



Nah, siapa ingin mencoba kabut Dieng? Silakan datang ke sana pada bulan-bulan antara Juli hingga September. Berangkatlah dari Wonosobo saat subuh, dan singgahlah di Setieng untuk menyaksikan Sunrise ciptaan Allah SWT yang dahsyat ini, dan saksikanlah negeri di atas awan seperti ini.. barulah setengah jam selanjutnya anda dapat lanjutkan ke Dieng untuk memanjakan mata dengan kabut es..







catatan: Tulisan dan gambar ini adalah milik pemilik blog ini, diambil dalam perjuangan, keadaan harus bangun pagi, dengan berjuang melawan suhu dingin, maka siapa yang hendak menyalin, hendaknya disertakan tautan sumber asal dari blog ini.

Komentar

  1. Ajib photonya . . .
    Kapan aku bisa kesana, hiks . . .

    BalasHapus
  2. Waaaaaaaa bikin ngiler......pengen kesanaaaaaaa

    BalasHapus
  3. jadi pengen kesana ... Inshaa Allah kecapai

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelamun Tak Pernah Secengeng Yang Kau Kira

  Kunyanyikan beberapa potong lagu, selang-seling irama bahagia dan irama sendu. Tiba-tiba datang dirimu, yang berkata : " Hai kau, ada apa dengan dirimu, melamun diri di bawah awan kelabu? ". Sambil tersenyum geli, kulanjut laguku. Tapi kau terus memburu. " Ada apa dirimu? Apakah dalam tekanan kalbu? Atau kau dilanda rindu? Ceritakan padaku! Aku perlu tahu.. Jangan sampai nanti kau terlambat sesali dirimu " Aku coba berganti irama. Irama riang irama bahagia. Tetapi otakmu terlalu dalam berkelana. Sehingga asumsimu sesat karenanya. Ah, aku peduli apa?  Hai.. Terima kasih pedulimu. Aku tak sedang berduka. Aku tak sedang merindu. Aku tak sedang seperti apa yang ada di benakmu. Aku berdendang bernyanyi, menghibur diri. Aku bukan siapapun. Tak usah kau kulik apa yang ada di dalam diriku. Aku bukan siapapun. Aku bukan sedang menyanyikan kecengengan. Aku bukan apa yang terjadi pada diriku. Aku adalah apa yang terjadi yang kupilih. Kenangan Ramadan 2023...

Simpanan Gambar, dan Pesan Untuk Masa Depan

Gambar ini saya ambi di bulan Juli 2018, di pesawahan jalan Kronggahan, Sleman, DIY. Tepatnya di seberang kantor Stasiun Pemantauan Cuaca BMKG. Saya membatin, apakah 10 tahun ke depan pemandangan senja ini bisa didapatkan generasi setelah saya? Tak butuh 10 tahun. Pemerintah lebih suka melebarkan jalan, mengalahkan sebagian sawah, agar dapat membuang arus lalu lintas yang padat daerah Denggung. Namun tetap saja, Denggung macet, jalan Kronggahan juga macet. Sawah kalah, dibanguni kafe dan perumahan/pemukiman yang mulai ada. Tidak hanya tempat ini tentunya. Banyak tempat lain yang bakal hilang.  Kelak saya akan post lagi kisah seperti ini. Agar anak cucu tahu, dulu mudah sekali dapat tempat dan pemandangan semewah ini. Atau entah mungkin anak cucu lebih suka pemandangan kemacetan atau hingar bingar...

Selamat Jalan, Keluarga Depan Rumah....

Covid-19 benar-benar luar biasa. Tak pernah saya sangka, kita masuk dalam generasi yang harus ketemu dengan wabah super ini. Korbannya tak tanggung-tanggung. Hari ini, kasus Indonesia ada 36 ribu lebih kasus harian. Angka kesembuhan harian baru di angka 32 ribu, masih tomboh 4 ribuan yang kecatat. Rumah sakit terpantau penuh di pulau Jawa. Sering terdengar suara pengumuman meninggal lewat pengumuman masjid..  Sosial media dipenuhi kata "Innalillahi", "RIP", "Permohonan darah konvalesen", "Permohonan tabung oksigen", "Permohonan info rumah sakit".  Hingga pada akhirnya, beberapa orang dalam lingkaran yang kita kenal dekat, yang kita harapkan kehidupannya, mereka akhirnya meninggal. Kita tidak dapat melayat, tidak dapat ditunggui juga, karena dicegah dengan protokol kesehatan. Mereka syahid. Kita makin nggrantes lagi dengan wafatnya para nakes. Andalan kita.  Hari ini, saya mendapatkan kabar duka cita dari kerabat di Wonosobo. Yaitu kelua