Langsung ke konten utama

Parasit

Parasit dalam bahasa biologi:'organisme yang menumpang dan tergantung pada organisme lain, namun menggerogoti dan mematikan organisme yang ditumpangi tersebut'

Parasitisme termasuk dari bagian simbiosis, atau hubungan kehidupan antar organisme. Konon, yang paling baik adalah jika terjadi hubungan simbiose mutualisme, atau saling menguntungkan.

Simbiosis, dalam kehidupan bermasyarakat bisa juga terterapkan sebagai hubungan kehidupan antar manusia. Banyak terjadi mutualisme dan parasitisme terutama dalam hal pekerjaan. Banyak parasit yang menempel dalam sebuah perusahaan, atau berusaha menempel pada orang lain untuk mengambil keuntungan namun enggan memberikan keuntungan balik pada orang lain. Bahkan kadang mengakui orang yang ditumpangi hidupnya pun enggan. Akhirya dia parasit bagi orang lain atau perusahaan itu sendiri.
Silakan introspeksi dalam diri, apakah anda adalah orang yang :
  • Suka mencuri waktu di kantor untuk game dll tapi menuntut gaji yang sama dengan yang bekerja
  • Pura-pura sibuk dengan urusan yang tak jelas, menipu temannya agar temannya mengambil alih tanggung jawab dan beban kerjanya
  • Mencuri waktu disaat yang lain sibuk untuk mengurusi pekerjaannya sendiri
  • dan lain sebagainya?
Semoga jangan sampai keluarga anda menjadi parasit. Karena saya telah tahu bagaimana ditumpangi satu perusahaan yang sama sekali tidak bergerak, dan mengandalkan diri kita.
Jika anda menjadi parasit, bolehlah membela diri, namun bersiaplah ditinggal inangnya. Jika anda menjadi korban parasitisme, segera lepaskan diri anda dari parasit itu. Biarlah dia mati dengan menggerogoti sendiri, membuat pembelaan diri yang tiada arti.


"masih ada efek parasitisme masa lalu"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelamun Tak Pernah Secengeng Yang Kau Kira

  Kunyanyikan beberapa potong lagu, selang-seling irama bahagia dan irama sendu. Tiba-tiba datang dirimu, yang berkata : " Hai kau, ada apa dengan dirimu, melamun diri di bawah awan kelabu? ". Sambil tersenyum geli, kulanjut laguku. Tapi kau terus memburu. " Ada apa dirimu? Apakah dalam tekanan kalbu? Atau kau dilanda rindu? Ceritakan padaku! Aku perlu tahu.. Jangan sampai nanti kau terlambat sesali dirimu " Aku coba berganti irama. Irama riang irama bahagia. Tetapi otakmu terlalu dalam berkelana. Sehingga asumsimu sesat karenanya. Ah, aku peduli apa?  Hai.. Terima kasih pedulimu. Aku tak sedang berduka. Aku tak sedang merindu. Aku tak sedang seperti apa yang ada di benakmu. Aku berdendang bernyanyi, menghibur diri. Aku bukan siapapun. Tak usah kau kulik apa yang ada di dalam diriku. Aku bukan siapapun. Aku bukan sedang menyanyikan kecengengan. Aku bukan apa yang terjadi pada diriku. Aku adalah apa yang terjadi yang kupilih. Kenangan Ramadan 2023...

Simpanan Gambar, dan Pesan Untuk Masa Depan

Gambar ini saya ambi di bulan Juli 2018, di pesawahan jalan Kronggahan, Sleman, DIY. Tepatnya di seberang kantor Stasiun Pemantauan Cuaca BMKG. Saya membatin, apakah 10 tahun ke depan pemandangan senja ini bisa didapatkan generasi setelah saya? Tak butuh 10 tahun. Pemerintah lebih suka melebarkan jalan, mengalahkan sebagian sawah, agar dapat membuang arus lalu lintas yang padat daerah Denggung. Namun tetap saja, Denggung macet, jalan Kronggahan juga macet. Sawah kalah, dibanguni kafe dan perumahan/pemukiman yang mulai ada. Tidak hanya tempat ini tentunya. Banyak tempat lain yang bakal hilang.  Kelak saya akan post lagi kisah seperti ini. Agar anak cucu tahu, dulu mudah sekali dapat tempat dan pemandangan semewah ini. Atau entah mungkin anak cucu lebih suka pemandangan kemacetan atau hingar bingar...

Selamat Jalan, Keluarga Depan Rumah....

Covid-19 benar-benar luar biasa. Tak pernah saya sangka, kita masuk dalam generasi yang harus ketemu dengan wabah super ini. Korbannya tak tanggung-tanggung. Hari ini, kasus Indonesia ada 36 ribu lebih kasus harian. Angka kesembuhan harian baru di angka 32 ribu, masih tomboh 4 ribuan yang kecatat. Rumah sakit terpantau penuh di pulau Jawa. Sering terdengar suara pengumuman meninggal lewat pengumuman masjid..  Sosial media dipenuhi kata "Innalillahi", "RIP", "Permohonan darah konvalesen", "Permohonan tabung oksigen", "Permohonan info rumah sakit".  Hingga pada akhirnya, beberapa orang dalam lingkaran yang kita kenal dekat, yang kita harapkan kehidupannya, mereka akhirnya meninggal. Kita tidak dapat melayat, tidak dapat ditunggui juga, karena dicegah dengan protokol kesehatan. Mereka syahid. Kita makin nggrantes lagi dengan wafatnya para nakes. Andalan kita.  Hari ini, saya mendapatkan kabar duka cita dari kerabat di Wonosobo. Yaitu kelua