Langsung ke konten utama

Mengapa Bimo Lukar? Sebuah penjelasan belakangan

Sebuah penjelasan telat atas subdomain yang dipilih untuk blog saya ini? Saya pikir tak satupun terlambat. Sejujurnya pemilihan domain itu memang sekedar nama. Apalah arti sebuah nama? Namun sebenarnya dari sisi religi, nama adalah pengharapan dan harapan adalah doa.

Jika kita berwisata di area Dieng dan sekitarnya, melalui pintu masuk sisi Wonosobo, maka kita akan mendapatkan pemandangan sebuah mata air sungai Serayu yang mengalir dari Wonosobo, Banjarnegara, Cilacap, Banyumas dan bermuara di Laut Selatan. Jika kita melalui Cilacap dan Banyumas, air Serayu yang sangat sangat besar penampang lintangnya, atau anda yang berarung jeram di antara Wonosobo - Banjarnegara anda melihat Serayu sebagai salah satu medan arung jeram terganas di Jawa, maka anda tidak akan percaya ketika di Dieng, anda melihat mata air Serayu dapat anda langkahi dengan kaki anda. Mata air itu mengairi banyak sawah ladang di sekitarnya dan menjadi penghidupan bagi masyarakat yang dilaluinya.

Mata air Serayu itu terdapat di Dieng, Kejajar, Wonosobo, dengan nama Tuk Bimo Lukar, yang menurut arti kata adalah Bima melepas pakaian, bima dalam hal ini adalah tokoh wayang. Entah sejarahnya saya juga kurang tahu pasti. Namun sebuah harapan bahwa nama ini kelak bisa menjadi mata air bagi pembacanya. Kelak bisa memberikan apa yang diharapkan oleh pembaca, ataupun sesuatu yang berguna meski kadang tidak diharapkan pada awalnya..





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelamun Tak Pernah Secengeng Yang Kau Kira

  Kunyanyikan beberapa potong lagu, selang-seling irama bahagia dan irama sendu. Tiba-tiba datang dirimu, yang berkata : " Hai kau, ada apa dengan dirimu, melamun diri di bawah awan kelabu? ". Sambil tersenyum geli, kulanjut laguku. Tapi kau terus memburu. " Ada apa dirimu? Apakah dalam tekanan kalbu? Atau kau dilanda rindu? Ceritakan padaku! Aku perlu tahu.. Jangan sampai nanti kau terlambat sesali dirimu " Aku coba berganti irama. Irama riang irama bahagia. Tetapi otakmu terlalu dalam berkelana. Sehingga asumsimu sesat karenanya. Ah, aku peduli apa?  Hai.. Terima kasih pedulimu. Aku tak sedang berduka. Aku tak sedang merindu. Aku tak sedang seperti apa yang ada di benakmu. Aku berdendang bernyanyi, menghibur diri. Aku bukan siapapun. Tak usah kau kulik apa yang ada di dalam diriku. Aku bukan siapapun. Aku bukan sedang menyanyikan kecengengan. Aku bukan apa yang terjadi pada diriku. Aku adalah apa yang terjadi yang kupilih. Kenangan Ramadan 2023...

Simpanan Gambar, dan Pesan Untuk Masa Depan

Gambar ini saya ambi di bulan Juli 2018, di pesawahan jalan Kronggahan, Sleman, DIY. Tepatnya di seberang kantor Stasiun Pemantauan Cuaca BMKG. Saya membatin, apakah 10 tahun ke depan pemandangan senja ini bisa didapatkan generasi setelah saya? Tak butuh 10 tahun. Pemerintah lebih suka melebarkan jalan, mengalahkan sebagian sawah, agar dapat membuang arus lalu lintas yang padat daerah Denggung. Namun tetap saja, Denggung macet, jalan Kronggahan juga macet. Sawah kalah, dibanguni kafe dan perumahan/pemukiman yang mulai ada. Tidak hanya tempat ini tentunya. Banyak tempat lain yang bakal hilang.  Kelak saya akan post lagi kisah seperti ini. Agar anak cucu tahu, dulu mudah sekali dapat tempat dan pemandangan semewah ini. Atau entah mungkin anak cucu lebih suka pemandangan kemacetan atau hingar bingar...

Selamat Jalan, Keluarga Depan Rumah....

Covid-19 benar-benar luar biasa. Tak pernah saya sangka, kita masuk dalam generasi yang harus ketemu dengan wabah super ini. Korbannya tak tanggung-tanggung. Hari ini, kasus Indonesia ada 36 ribu lebih kasus harian. Angka kesembuhan harian baru di angka 32 ribu, masih tomboh 4 ribuan yang kecatat. Rumah sakit terpantau penuh di pulau Jawa. Sering terdengar suara pengumuman meninggal lewat pengumuman masjid..  Sosial media dipenuhi kata "Innalillahi", "RIP", "Permohonan darah konvalesen", "Permohonan tabung oksigen", "Permohonan info rumah sakit".  Hingga pada akhirnya, beberapa orang dalam lingkaran yang kita kenal dekat, yang kita harapkan kehidupannya, mereka akhirnya meninggal. Kita tidak dapat melayat, tidak dapat ditunggui juga, karena dicegah dengan protokol kesehatan. Mereka syahid. Kita makin nggrantes lagi dengan wafatnya para nakes. Andalan kita.  Hari ini, saya mendapatkan kabar duka cita dari kerabat di Wonosobo. Yaitu kelua